loading...
1. Kuartil
Istilah kuartil dalam kehidupan kita sehari-hari lebih dikenal dengan istilah kuartal.
Dalam dunia statistik, yang dimaksud dengan kuartil ialah titik atau
skor atau nilai yang membagi seluruh distribusi frekuensi ke dalam empat
bagian yang sama besar, yaitu masing masing sebesar ¼ N. jadi disini
akan kita jumpai tiga buah kuartil, yaitu kuartil pertama (Q1), kuartil
kedua (Q2), dan kuartil ketiga (Q3). Ketiga kuartil inilah yang membagi
seluruh distribusi frekuensi dari data yang kita selidiki menjadi empat
bagian yang sama besar, masing-masing sebesar ¼ N, seperti terlihat
dibawah ini
Jalan pikiran serta metode yang digunakan adalah sebagaimana yang telah
kita lakukan pada saat kita menghitung median. Hanya saja, kalau median
membagi seluruh distribusi data menjadi dua bagian yang sama besar,
maka kuartil membagiseluruh distribusi data menjadi empat bagian yang
sama besar.
Jika kita perhatikan pada kurva tadi, maka dapat ditarik pengertian bahwa Q2 adalah sama dengan Median(2/4 N=1/2 N).
Jika kita perhatikan pada kurva tadi, maka dapat ditarik pengertian bahwa Q2 adalah sama dengan Median(2/4 N=1/2 N).
Untuk mencari Q1,Q2 dan Q3 digunakan rumus sebagai berikut:
v untuk data tunggal
Qn = 1 + ( n/4N-fkb)
fi
v untuk data kelompok
Qn = 1 + (n/4N-fkb)x i
Fi
Qn = kuartil yang ke-n. karena titik kuartil ada tiga buah, maka n dapat diisi dengan bilangan: 1,2, dan 3.
1 = lower limit ( batas bawah nyata dari skor atau interval yang mengandung Qn).
N= Number of cases.
Fkb= frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor atau interval yang mengandung Qn.
Fi= frekuensi aslinya (yaitu frekuensi dari skor atau interval yang mengandung Qn).
i= interval class atau kelas interval.
Catatan: - istilah skor berlaku untuk data tunggal.
- istilah interval berlaku untuk data kelompok.
Berikut
ini akan dikemukakan masing-masing sebuah contoh perhitungan kuartil
ke-1, ke-2, dan ke-3 untuk data yang tunggal dan kelompok.
1). Contoh perhitungan kuartil untuk data tunggal
Misalkan dari 60 orang siswa MAN Jurusan IPA diperoleh nilai hasil EBTA
bidang studi Fisika sebagaimana tertera pada table distribusi frekuensi
berikut ini. Jika kita ingin mencari Q1, Q2, dan Q3 (artinya data
tersebut akan kita bagi dalam empat bagian yang sama besar), maka proses
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Table
3.11. Distribusi frekuensi nilai hasil Ebta dalam bidang studi fisika
dari 60 orang siswa MAN jurusan ipa, dan perhitungan Q1, Q2, dan Q3.
Nilai (x)
|
F
|
Fkb
|
46
45
44
43
42
41
40
39
38
37
36
35
|
2
2
3
5
F1 (8)
10
F1 (12)
F1 (6)
5
4
2
1
|
60= N
58
56
53
48
40
30
18
12
7
3
1
|
Ø Titik Q1= 1/4N = ¼ X 60 = 15 ( terletak pada skor 39). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 38,50; fi = 6; fkb = 12
Q1 = 1 + ( n/4N-fkb) = 38,50 +(15-12)
Fi 6
= 38,50 +0,50
= 39
Ø Titik Q2= 2/4N = 2/4 X 60 = 30 ( terletak pada skor 40). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi = 12; fkb = 18
Q2 = 1 + ( n/4N-fkb) = 39,50 +(30-18)
Fi 12
= 39,50 +1,0
= 40,50
Ø Titik Q3= 3/4N = 3/4 X 60 = 45 ( terletak pada skor 42). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 41,50; fi = 8; fkb = 40
Q3 = 1 + ( n/4N-fkb) = 41,50 +(45-40)
Fi 8
= 41,50+ 0,625
= 42,125
2). Contoh perhitungan kuartil untuk data kelompok
Misalkan dari 80 orang siswa MAN jurusan IPS diperoleh skor hasil EBTA
dalam bidan studi tata buku sebagaimana disajikan pada tabel distribusi
frekuensi beikut ini ( lihat kolom 1 dan 2). Jika kita ingin mencari Q1,
Q2, dan Q3, maka proses perhitungannya adalah sebagai berikut:
Ø Titik
Q1= 1/4N = ¼ X 80 = 20 ( terletak pada interval 35-39). Dengan demikian
dapat kita ketahui: 1= 34,50; fi = 7; fkb = 13, i= 5.
Q1 = 1 + ( n/4N-fkb) Xi = 34,50 +(20-13) X5
Fi 7
= 34,50 +5
= 39,50
Ø Titik
Q2= 2/4N = 2/4 X 80 = 40 ( terletak pada interval 45-49). Dengan
demikian dapat kita ketahui: 1= 44,50; fi = 17; fkb = 35, i= 5.
Q1 = 1 + ( n/4N-fkb) Xi = 44,50 +(40-35) X5
Fi 17
= 44,50 +1.47
= 45,97
Ø Titik
Q3= 3/4N = 3/4 X 80 = 60 ( terletak pada interval 55-59). Dengan
demikian dapat kita ketahui: 1= 54,50; fi = 7; fkb = 59, i= 5.
Q1 = 1 + ( n/4N-fkb) Xi = 54,50 +(55-59) X5
Fi 7
= 54,50 + 0,71
= 55,21
Tabel
3.12. distribusi frekuensi skor-skor hasil EBTA bidang studi tata buku
dari 80 orang siswa man jurusan ips, berikut perhitungan Q1,Q2, dan Q3.
Nilai (x)
|
F
|
Fkb
|
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
|
3
5
6
7
7
17
15
7
6
5
2
|
80
77
72
66
59
52
35
20
13
7
2
|
Total
|
80= N
|
-
|
Diantara
kegunaan kuartil adalah untuk mengetahui simetris (normal) atau a
simetrisnya suatu kurva. Dalam hal ini patokan yang kita gunakan adalah
sebagai berikut:
1). Jika Q3-Q2 = Q2- Q1 maka kurvanya adalah kurva normal.
2). Jika Q3-Q2 > Q2- Q1 maka kurvanya adalah kurva miring/ berat ke kiri(juling positif).
3). Jika Q3-Q2 < Q2- Q1 maka kurvanya adalah kurva miring/ berat ke kanan(juling negatif).
2. Desil
Desil
ialah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh distribusi
frekuensi dari data yang kita selidiki ke dalam 10 bagian yang sama
besar, yang masing-masing sebesar 1/10 N. jadi disini kita jumpai
sebanyak 9 buah titik desil, dimana kesembilan buah titik desil itu
membagi seluruh distribusi frekuensi ke dalam 10 bagian yang sama besar.
Lambing dari desil adalah D. jadi 9 buah titik desil dimaksud diatas adalah titik-titik: D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, D8, dan D9.
Perhatikanlah kurva dibawah ini:
Untuk mencari desil, digunakan rumus sebagai berikut:
Dn= 1 +(n/10N – fkb)
Fi
Untuk data kelompok:
Dn= 1+ (n/10N- fkb) xi
Fi
Dn= desil yang ke-n (disini n dapat diisi dengan bilangan:1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, atau 9.
1= lower limit( batas bawah nyata dari skor atau interval yang mengandung desil ke-n).
N= number of cases.
Fkb= frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor atau interval yang mengandung desil ke-n.
Fi= frekuensi dari skor atau interval yang mengandung desil ke-n, atau frekuensi aslinya.
i=interval class atau kelas interval.
1). Contoh perhitungan desil untuk data tunggal
Misalkan kita ingin mencari desil ke-1, ke-5, dan ke-9 atau D1, D5, dan
D9 dari data yang tertera pada table yang telah dihitung Q1, Q2, dan
Q3-nya itu.
Ø Mencari D1:
Titik D1= 1/10N= 1/10X60= 6 (terletak pada skor 37). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 5,50; fi= 4, dan fkb= 3.
D1= 1 + (1/10N-fkb) ---D1=36,50 (6-3)
Fi 4
= 36,25
Ø Mencari D5:
Titik D5= 5/10N= 5/10X60= 30 (terletak pada skor 40). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi= 12, dan fkb= 18.
D1= 1 + (5/10N-fkb) ---D1=39,50 (30-18)
Fi 12
= 40,50
Ø Mencari D9:
Titik D9= 9/10N= 9/10X60= 54 (terletak pada skor 44). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 43,50; fi= 3, dan fkb= 53.
D1= 1 + (9/10N-fkb) ---D1= 43,50 (54-53)
Fi 3
= 43,17
Tabel 3.13. Perhitungan desil ke-1, desil ke-5 dan desil ke-9 dari data yang tertera pada table (diatas) kuartil.
Nilai (x)
|
F
|
Fkb
|
46
45
44
43
42
41
40
39
38
37
36
35
|
2
2
3
5
8
10
12
6
5
4
2
1
|
60= N
58
56
53
48
40
30
18
12
7
3
1
|
2). Contoh perhitungan desil untuk data kelompok
Misalkan kita ingin mencari D3 dan D7 dari data yang tercantum pada
table 3.12, proses perhitungannya adalah sebagai berikut:
Table 3.14. Perhitungan desil ke-3 dan desil ke-7 dari data yang tertera pada table 3.12.
Nilai (x)
|
F
|
Fkb
|
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
|
3
5
6
7
7
17
15
7
6
5
2
|
80
77
72
66
59
52
35
20
13
7
2
|
Total
|
80= N
|
-
|
Ø Mencari D3:
Titik D3= 3/10N= 3/10X80= 24 (terletak pada interval 40-44). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi= 15, dan fkb= 20.
D3= 1 + (3/10N-fkb) xi=39,50 (24-20) x 5
Fi 15
= 39,50+ 20= 39,50 + 1,33= 40,83
15
Ø Mencari D7:
Titik D7= 7/10N= 7/10X80= 56 (terletak pada interval 50-54). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 49,50; fi= 7, dan fkb= 52.
D7= 1 + (7/10N-fkb) xi=49,50 (50-54) x 5
Fi 7
= 49,50+ 20= 49,50 + 2,86= 40,83
7
Diantara kegunaan desil ialah untuk menggolongkan-golongkan suatu
distribusi data ke dalam sepuluh bagian yang sama besar, kemudian
menempatkan subjek-subjek penelitian ke dalam sepuluh golongan tersebut.
3. Persentil
Persentil
yang biasa dilambangkan P, adalah titik atau nilai yang membagi suatu
distribusi data menjadi seratus bagian yang sama besar. Karena itu
persentil sering disebut ukuran perseratusan.
Titik yang membagi distribusi data ke dalam seratus bagian yang sama
besar itu ialah titik-titik: P1, P2, P3, P4, P5, P6, … dan seterusnya,
sampai dengan P99. jadi disini kita dapati sebanyak 99 titik persentil
yang membagi seluruh distribusi data ke dalam seratus bagian yang sama
besar, masing-masing sebesar 1/ 100N atau 1%, seperti terlihat pada
kurva dibawah ini:
Untuk mencari persentil digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk data tunggal:
Pn= 1 +(n/10N – fkb)
Fi
Untuk data kelompok:
Pn= 1+ (n/10N- fkb) xi
Fi
Pn= persentil yang ke-n (disini n dapat diisi dengan bilangan-bilangan:1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya sampai dengan 99.
1= lower limit( batas bawah nyata dari skor atau interval yang mengandung persentil ke-n).
N= number of cases.
Fkb= frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor atau interval yang mengandung persentil ke-n.
Fi= frekuensi dari skor atau interval yang mengandung persentil ke-n, atau frekuensi aslinya.
i= interval class atau kelas interval.
Tabel. 3.15. Perhitungan persentil ke-5, persentil ke-20 dan persentil ke-75 dari data yang tertera pada tabel 3.13.
Nilai (x)
|
F
|
Fkb
|
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
|
3
5
6
7
7
17
15
7
6
5
2
|
80
77
72
66
59
52
35
20
13
7
2
|
Total
|
80= N
|
-
|
1). Contoh perhitungan desil untuk data tunggal
Misalkan kita ingin mencari persentil ke-5 (P5), persentil ke-20 (P20),
dan ke-75 (P75),dari data yang disajikan pada tabel 3.13 yang telah
dihitung desilnya itu. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
Ø Mencari persentil ke-5 (P5):
Titik P5= 5/10N= 5/10X60= 3 (terletak pada skor 36). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 35,50; fi= 2, dan fkb= 1.
P5= 1 + (5/10N-fkb) =36,50 +(3-1)
Fi 2
= 36,50
Ø Mencari persentil ke-75 (P75):
Titik P75= 75/10N= 75/10X60= 45 (terletak pada skor 42). Dengan demikian dapat kita ketahui: 1= 41,50; fi= 8, dan fkb= 40
P75= 1 + (75/10N-fkb) =41,50 +(45-40)
Fi 8
= 42,125
2). Cara mencari persentil untuk data kelompok
Misalkan kembali ingin kita cari P35 dan P95 dari data yang disajikan pada tabel 3.14.
Ø Mencari persentil ke-35 (P35):
Titik
P35= 35/100N= 35/100X80= 28 (terletak pada interval 40-44). Dengan
demikian dapat kita ketahui: 1= 39,50; fi= 15, dan fkb= 20, i=5
P35= 1 + (35/100N-fkb) Xi =39,50 +(45-40) X 5
Fi 8
= 39,50+2,67
= 42,17
Ø Mencari persentil ke-95 (P95):
Titik
P95= 95/100N= 95/100X80= 76 (terletak pada interval 65-69). Dengan
demikian dapat kita ketahui: 1= 64,50; fi= 5, dan fkb= 72, i=5
P95= 1 + (95/100N-fkb) Xi =64,50 +(65-69) X 5
Fi 5
= 64,50+4
= 68,50
Tabel 3.16. Perhitungan persentil ke-35 dan persentil ke-95 dari data yang tertera pada tabel 3.14.
Nilai (x)
|
F
|
Fkb
|
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
|
3
5
6
7
7
17
15
7
6
5
2
|
80
77
72
66
59
52
35
20
13
7
2
|
Total
|
80= N
|
-
|
Kegunaan persentil dalam dunia pendidikan adalah:
- Untuk mengubah rawa score (raw data) menjadi standard score (nilai standar).
Dalam
dunia pendidikan, salah satu standard score yang sering digunakan
adalah eleven points scale ( skala sebelas nilai) atau dikenal pula
dengan nama standard of eleven (nilai standard sebelas) yang lazim
disingkat dengan stanel.
Pengubahan
dari raw score menjadi stanel itu dilakukan dengan jalan menghitung:
P1- P3- P8- P21- P39- P61- P79- P92- P97- dan P99.
Jika
data yang kita hadapi berbentuk kurva normal (ingat: norma atau standar
selalu didasarkan pada kurva normal itu), maka dengan 10 titik
persentil tersebut diatas akan diperoleh nilai-nilai standar sebanyak 11
buah, yaitu nilai-nilai 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.
- Persentil dapat digunakan untuk menentukan kedudukan seorang anak didik, yaitu: pada persentil keberapakah anak didik itu memperoleh kedudukan ditengah-tengah kelompoknya.
- Persentil juga dapat digunakan sebagai alat untuk menetapkan nilai batas lulus pada tes atau seleksi.
Misalkan
sejumlah 80 orang individu seperti yang tertera pada tabel 3.16. itu
hanya akan diluluskan 4 orang saja (=4/ 80 X 100%= 5%) dan yang tidak
akan diluluskan adalah 76 orang (= 76X80 X 100%=95%), hal ini berarti
bahwa P95 adalah batas nilai kelulusan. Mereka yang nilai-nilainya
berada pada P95 kebawah, dinyatakan tidak lulus, sedangkan diatas P95
dinyatakan lulus. Dalam perhitungan diatas telah kita peroleh P95=
68,50; berarti yang dapat diluluskan adalah mereka yang nilainya diatas
68,50 yaitu nilai 69 ke atas.
4. Saling hubungan antara kuartil, desil, dan persentil.
Sebelum mengakhiri pembicaraan tentang kuartil, desil, dan persentil
perlu kiranya ditambahkan bahwa diantara ketiga ukuran statistic
tersebut terdapat saling hubungan, seperti terlihat dibawah ini:
- P90 = D9
- P80 = D8
- P75 = Q3
- P70 = D7
- P60 = D6
- P50 = D5 = Q2 = Median
- P40 = D4
- P30 = D3
- P25 = Q1
- P20 = D2
- P10 = D1
DAFTAR PUSTAKA
Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statitika. Jakarta: Alfabeta
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sudijono, Anas. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Gradindo Persada
Supangat, Adi. 2007. Statistika. Jakarta. Kencana Predana Group
loading...
Labels:
Artikel
Thanks for reading Makalah Kuarti, Desil, Presentil. Please share...!
0 Komentar untuk "Makalah Kuarti, Desil, Presentil"