loading...
Jangan Salah Menilai Orang
* Jangan menilai orang dari rupanya. Karena Rasulullah melihat si pendek tak menawan ; Julaybib r.a dikejar-kejar oleh para bidadari surga.
* Berilah kesempatan seseorang untuk berubah. Karena seseorang yang hampir membunuh Rasulpun kini terbaring disebelah makam beliau ; Umar bin Khattab.
* Jangan melihat seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang e rnah berperang melawan agama Allahpun akhirnya menjadi pedang-nya Allah ; Khalid bin Walid.
* Jangan memandang orang dari status dan hartanya. Karena sepatu emas fir'aun berada di neraka, sedangkan sandal jepit ; Bilal bin Rabah terdengar di surga.
* Jangan menilai orang dari rupanya. Karena Rasulullah melihat si pendek tak menawan ; Julaybib r.a dikejar-kejar oleh para bidadari surga.
* Berilah kesempatan seseorang untuk berubah. Karena seseorang yang hampir membunuh Rasulpun kini terbaring disebelah makam beliau ; Umar bin Khattab.
* Jangan melihat seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang e rnah berperang melawan agama Allahpun akhirnya menjadi pedang-nya Allah ; Khalid bin Walid.
* Jangan memandang orang dari status dan hartanya. Karena sepatu emas fir'aun berada di neraka, sedangkan sandal jepit ; Bilal bin Rabah terdengar di surga.
source : google.com |
Bijak Dalam Menilai Orang Lain
Seringkali
kita berpikir tentang kesalahan, keburukan dan aib orang lain. Seakan
kita menjadi sengsara karena perilaku orang lain. Padahal tidak satupun
yng menimpa kita melainkan buah dari perilaku kita sendiri. Tidaklah
satu senyuman yang kita berikan kepada orang lain kecuali kembali kepada
kita. Tidak ada satu patah katapun yang kita ucapkan, yang melukai hati
orang lain, kecuali akan kembali pada pembuatnya. Oleh karena itu
jangan pernah menyalahkan siapapun jikalau hidup kita terpuruk; hidup
kita seakan berat dan nestapa karena pada hakikatnya itu semua adalah
buah dari perbuatan kita sendiri. Tidak ada yang tertukar, semua
perbuatan akan kembali pada pembuatnya.
Orang yang beruntung , akan berfikir keras tentang dirinya , setiap
saat mengevaluasi apa yang telah diperbuatnya terhadap orang lain.
Apakah saya ini seorang yang sombong? Apakah saya ini seorang yang suka
menggunjing orang lain? Apakah saya ini seorang yang kikir? Orang yang
beruntung adalah orang yang berjuang sangat keras untuk menemukan
dirinya, karena bagaimana kita bisa merubah orang lain kalau kita tidak
pernah berusaha merubah diri sendiri?
Kita harus mulai sadar bahwa semakin hati penuh kesombongan, hati
suka pamer, berprasangka buruk, penuh kedengkian, kebencian, semakin
diri kita rugi. Waktu kita habis dipakai untuk memikirkan orang yang
kita dengki, sehingga tidak lagi produktif. Sungguh berbahagialah mereka
yang lapang dan ikhlas, yang selalu memandang setiap kejadian dengan
pikiran dan sikap positif.
Marilah kita belajar bijak menyikapi kesalahan dan kekurangan orang
lain, sebagaimana kita pun ingin diperlakukan hal yang sama ketika
melakukan kesalahan. Orang yang baik bukan yang tidak pernah melakukan
kesalahan, orang yang baik adalah orang yang segera sadar, memohon ampun
dan bertaubat ketika melakukan kesalahan seraya bertekad untuk tidak
melakukan kesalahan yang serupa. Sebab siapapun tentu berpotensi untuk
berlaku salah. Istri, anak, tetangga, teman kantor atau atasan kita
sekalipun memiliki kemungkinan untuk melakukan kesalahan.
Sikap yang harus kita lakukan ketika mengetahui orang lain berbuat
salah adalah tanya pada diri kita, apa yang paling diinginkan dari sikap
orang lain pada diri kita ketika kita berbuat kesalahan yang sama ?
Tentu saja, kita sangat berharap agar orang lain tidak marah pada kita.
Kitapun berharap agar orang lain bisa menegur kesalahan kita dengan cara
yang baik. Atau, kita berharap agar orang lain bisa bersikap santun
dengan kesalahan kita dan memaafkan kita. Kita tentu tidak ingin orang
lain marah besar atau bahkan mempermalukan kita didepan umum akibat
kesalahan kita. Kalaupun hukuman dijatuhkan, kita ingin agar hukuman itu
dijatuhkan dengan adil dan penuh etika.
Kita ingin diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Kita juga
ingin disemangati agar bisa bertanggung jawab dengan apa yang telah kita
lakukan. Nah, kalau keinginan-keinginan ini ada pada diri kita, mengapa
ketika orang lain berbuat salah kita malah mencacinya, menghina dan
menghukumnya dengan tidak adil? Andai suatu ketika kita jumpai orang
melakukan kesalahan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah
bertanya, apakah orang tersebut tahu atau tidak dirinya salah ? Sebab
adakalanya orang yang berbuat salah bukan karena ingin berbuat salah,
tetapi karena dirinya tidak mengerti bahwa hal yang dilakukannya salah.
Contoh sederhana, ada seorang wanita dari pelosok desa yang merantau ke
kota dan bekerja sebagi pembantu rumah tangga. Hari-hari pertama bekerja
dia sama sekali tidak merasa bersalah ketika kran-kran di kamar mandi,
toilet dan wastafel tidak ditutup sehingga airnya meluber dan terbuang
percuma. Mengapa ? Karena air pancuran tempat mandi di desanya tidak ada
yang memakai kran sehingga tidak pernah ditutup. Di tempat tinggalnya
air masih begitu melimpah.
Nah, disini nampaklah bahwa tata nilai yang berbeda membuat pandangan
akan suatu masalah pun berbeda. Jadi, kalau ada orang lain yang berbuat
salah, tanyalah dahulu apakah dia tahu atau tidak bahwa yang dia
lakukan adalah sebuah kesalahan. Seandainya dia belum tahu kesalahannya,
tentu kewajiban kita untuk memberi tahu dengan santun, bukan memarahi,
memaki dan bahkan berbuat aniaya. Bagaimana mungkin kita memarahi orang
yang belum tahu bahwa dirinya berbuat salah seperti halnya bagaimana
mungkin kita memarahi anak kecil yang belum tahu tata nilai perilaku
orang dewasa seumur kita?.
Tidak ada salahnya kita belajar dari tata nilai dan latar belakang
seseorang dan tidak sombong manakala ternyata kita memiliki wawasan dan
pengalaman lebih dari orang lain. Justru dengan pengalaman dan wawasan
yang kita milikilah seharusnya kita mampu membantu meluruskannya dengan
bijak. Ada juga orang yang sadar perbuatannya salah, tetapi tidak tahu
jalan keluarnya. Maka, posisi kita adalah membantu orang tersebut agar
menemukan jalan keluarnya. Namun kita juga harus hati-hati dalam
memberikan bantuan agar jangan sampai ia bergantung kepada bantuan kita
sehingga hilang kreatifitasnya dalam menyelesaikan masalah.Setelah itu,
bantu orang yang berbuat salah agar ia tetap semangat memperbaiki
kesalahannya. Ini lebih menyelesaikan masalah daripada mencaci, memaki,
menghina dan mempermalukan. Kita harus sadar bahwa anak kita adalah
bagian dari diri kita, istri adalah bagian dari keluarga kita,
saudara-saudara kita adalah bagian dari khazanah kebersamaan kita.
Kenapa kita harus penuh kebencian membicarakan kejelekannya? Tidak
selayaknya kita berlaku tidak adil. Ingat, rumus menyikapi kesalahan
orang lain adalah berusaha membantu agar orang lain yang melakukan
kesalahan mengetahuinya, membantu agar ia tahu cara memperbaikinya,
membantu agar memiliki kemampuan dan semangat dalam memperbaiki
kesalahannya
Semoga tulisan ini dapat memberikan hikmah, baik kepada penyampai maupun kepada pembaca.
loading...
Labels:
Inspirasi
Thanks for reading Jangan Salah Menilai Orang Dan Bijak Dalam Menilai Orang. Please share...!